Senin, 22 Februari 2016

                                            Peninggalan Sejarah Bercorak Hindu

Di Indonesia banyak sekali ditemukan berbagai bentuk peninggalan sejarah  bercorak Hindu. Kamu pasti bertanya, sejak kapan dan bagaimana ajaran Hindu masuk ke Indonesia? Lalu apa saja bentuk-bentuk peninggalan sejarah bercorak Hindu? Jangan khawatir kamu akan mendapat jawabannya pada pembahasan kali ini. Untuk itu, simaklah dengan saksama karena kita akan bersama-sama kilas balik ke masa lalu

1.    Perkembangan Ajaran Hindu di Indonesia

Perkembangan ajaran agama Hindu berawal sekitar tahun 1500 sebelum Masehi (SM). Ditandai dengan datangnya bangsa Yunan. Bagaimana mereka bisa sampai ke Indonesia? Mereka memasuki wilayah Nusantara dengan perahu layar. Kelompok ini datang dari Kampuchea (Kamboja). Mereka mendirikan rumah dan hidup secara berkelompok dalam masyarakat desa dan menetap di Nusantara.

Kebudayaan mereka sudah cukup maju. Mereka sudah mengenal bercocok tanam. Mereka juga berdagang dan membuat peralatan dari tanah liat serta logam. Mereka inilah nenek moyang bangsa Indonesia. Kepercayaan yang mereka anut ialah animisme dan dinamisme. Animisme adalah
kepercayaan yang memuja roh nenek moyang atau roh halus. Dinamisme adalah pemujaan terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Misalnya keris, tombak, batu akik, dan patung.

Kapan ajaran Hindu masuk ke Indonesia? Ajaran Hindu masuk ke Indonesia sejak permulaan masehi. Agama Hindu dikenal penduduk Indonesia
melalui hubungan dagang dengan india.

Kitab suci agama Hindu yaitu Weda. Ajaran Hindu merupakan ajaran yang memuja banyak dewa. Dewa-dewa yang dianggap menempati posisi paling tinggi yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Syiwa. Ketiga dewa itu disebut Trimurti atau tiga dewa yang bersatu. Trimurti diwujudkan dalam bentuk patung.

Masyarakat dalam ajaran agama Hindu mengenal adanya kasta. Kasta yaitu susunan kelompok masyarakat sesuai tingkatan kehidupan sosial. Kasta-kasta dalam masyaraka Hindu adalah sebagai berikut.

a. Kasta Brahmana terdiri para pendeta.

b. Kasta Ksatria terdiri atas golongan para raja, prajurit, dan bangsawan.

c. Kasta Waisya terdiri atas golongan pemilik modal, pedagang kaya, dan petani kaya.

d. Kasta Sudra terdiri atas golongan buruh dan petani miskin.

2.    Kerajaan Hindu di Indonesia dan Peninggalannya

 a.    Kerajaan Kutai


Tauhkah kamu Menurut para ahli, nama Kutai berasal dari istilah Cina khothay yang berarti kerajaan besar.Kerajaan Kutai terletak di Muara Kaman, di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan Kutai didirikan oleh Kudungga pada abad ke-4 M. Bukti berdirinya Kerajaan Kutai adalah ditemukannya yupa. Yupa yaitu tiang batu pengikat hewan korban yang dipersembahkan oleh para brahmana. Yupa ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Raja Hindu pertama di Kerajaan Kutai adalah Aswawarman. Ini dibuktikan oleh gelar yang dimilikinya, yakni wangsakerta atau pendiri keluarga kerajaan (dinasti).

Dari tulisan pada yupa yang berbunyi śrīmatah śrī-narendrasya; kuṇḍuṅgasya mahātmanaḥ; putro śvavarmmo vikhyātah; vaṅśakarttā yathāṅśumān; tasya putrā mahātmānaḥ; trayas traya ivāgnayaḥ; teṣān trayāṇām pravaraḥ; tapo-bala-damānvitaḥ; śrī mūlavarmmā rājendro; yaṣṭvā bahusuvarṇnakam; tasya yajñasya yūpo ‘yam; dvijendrais samprakalpitaḥ.Yang artinya Sang Mahārāja Kundungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur, Sang Aśwawarmman namanya, yang seperti Angśuman (dewa Matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aśwawarmman mempunyai putra tiga, seperti api (yang suci). Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mūlawarmman, raja yang berperadaban baik, kuat, dan kuasa. Sang Mūlawarmman telah mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-amat-banyak. Untuk peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para brahmana.

Dari tulisan pada yupa tersebut dapat disimpulkan adanya tiga generasi. Silsilah dimulai dari Kudungga yang mempunyai anak bernama Aswawarman. Aswawarman mempunyai tiga anak, satu di antaranya Mulawarman.

Ketika kerajaan di pimpin oleh raja Mulawarman kerajaan berkembang pesat dan bukti-bukti dari perkembangan itu dianataranya:

Raja mengadakan upacara waprakeswara (sebidang tanah suci) setiap tahun.
Raja membagi hadiah kepada para brahmana berupa tanah, ternak, dan emas dengan adil.
Semasa pemerintahannya, rakyat hidup cukup makmur. Sebagai ucapan terima kasih, rakyat melakukan hal-hal seperti berikut.:

Mengadakan kenduri untuk keselamatan raja.
Membuat prasasti atau yupa yang berisi tulisantulisan tentang raja mereka.
Peninggalan sejarah Kerajaan Kutai sebagai kerajaan Hindu di antaranya sebagai berikut.

Tujuh buah yupa yang ditemukan di daerah sekitar Muara Kaman pada tahun 1879 dan 1940.

  • Kalung Cina yang terbuat dari emas.
  • Arca-arca bulus.
  • Arca-arca Buddha dari perunggu.
  • Arca batu.

 b.    Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu tertua di Pulau Jawa. Keberadaan kerajaan ini dapat dilacak dengan ditemukannya tujuh buah prasasti. Kerajaan Tarumanegara berdiri pada abad ke-5 M, terletak di tepi Sungai Citarum, Bogor, Jawa Barat. Wilayahnya meliputi Karawang, Jakarta, Bogor, dan Banten. Raja yang terkenal dari Tarumanegara adalah Purnawarman. Raja Purnawarman menganut agama Hindu aliran Wisnu.

Pada tahun ke-22 masa pemerintahannya, Purnawarman membangun saluran air. Tujuan pembangunan saluran itu untuk mengairi sawah dan mencegah banjir. Saluran itu bernama Gomati dan Chandrabagha. Pembuatannya berlangsung selama 21 hari. Panjang saluran 6.112 tombak (11 km). Coba kamu bayangkan, saluran sepanjang itu dikerjakan dalam waktu singkat!  Selesainya pembangunan saluran air ditandai penyerahan 1.000 ekor lembu kepada para brahmana.

Kerajaan Tarumanegara mempunyai banyak peninggalan sejarah. Semua peninggalan itu dapat menunjukkan keberadaan kerajaan Tarumanegara. Peninggalan yang dimaksud antara lain sebagai berikut.


  • PrasastiCiaruteun

Ditemukan di Ciampea, Bogor, Jawa Barat. Pada prasasti ini terdapattelapak kaki Raja Purnawarman dan lukisan laba-laba. Raja Purnawarman dianggap sebagai perwujudan Dewa Wisnu.


  • Prasasti Jambu

Ditemukan di Bukit Koleangkak, 30 km sebelah barat daya Kota Bogor. Pada prasasti ini tertulis kata tarumayam (Tarumanegara).


  • Prasasti Lebak (Cidanghiang)

Ditemukan di Kampung Lebak, Pandeglang, Banten. Prasasti ini menyebutkan bahwa Raja Purnawarman adalah raja yang agung, pemberani, dan perwira.


  • Prasasti Kebon Kopi

Ditemukan di Kampung Muara Hilir, Bogor. Pada prasasti ini terdapat lukisan telapak kaki Airawata (gajah kendaraan Dewa Wisnu).


  • Prasasti Tugu

Ditemukan di Desa Tugu, Cilincing, Jakarta Utara. Prasasti ini memiliki tulisan terpanjang. Prasasti ini menceritakan pembuatan saluran air (Gomati dan Chandrabhaga) oleh Raja Purnawarman.


  • Prasasti Pasir Awi

Ditemukan di Pasir Awi, Bogor, Jawa Barat. Prasasti ini terdapat lukisan tapak kaki. Prasasti ini belum bisa dibaca karena dalam huruf ikal.


  • Prasasti Muara Cianten

Ditemukan di Muara Cianten, Bogor, Jawa Barat. Seperti Prasasti Pasir Awi, prasasti ini juga belum bisa terbaca.Selain prasasti juga ditemukan arca-arca. Misalnya arca Rajarsi ditemukan di Jakarta. Di Desa Cibuaya ditemukan arca Wisnu Cibuaya I dan arca Wisnu Cibuaya II.



c.    Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno berdiri sekitar abad ke-8 M. Kerajaan ini terletak di pedalaman Jawa Tengah. Bukti keberadaan kerajaan ini tertulis dalam Prasasti Canggal dan Prasasti Balitung (Mantyasih). Berdasarkan catatan pada prasasti, kerajaan bermula sejak pemerintahan Raja Sanjaya yang bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Prasasti Canggal juga mengungkapkan pendirian lingga di Desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya.

Sebelumnya, Kerajaan Mataram Kuno dipimpin oleh seorang raja bernama Sanna. Raja Sanna memerintah rakyat dengan bijaksana. Kerajaannya kaya padi dan emas. Oleh karena itu, Pulau Jawa mendapat sebutan Jawadwipa.

Peninggalan sejarah Kerajaan Mataram sangat banyak. Di antaranya berupa Candi Gedong Songo, kompleks Dieng, dan komplek Candi Prambanan. Kehidupan rakyat cukup makmur terbukti banyaknya candi-candi.

d.    Kerajaan Kediri

Pada tahun 1019 M terdapat Kerajaan Kahuripan yang dipimpin oleh Raja Airlangga. Ia mempunyai tiga orang anak yaitu Sanggramawijaya,Samarawijaya, dan Mapanji Garasakan.

Awalnya, Airlangga menurunkan tahta kepada Sanggramawijaya. Namun, Sanggramawijaya tidak bersedia. Ia memilih jalan hidupnya sebagai pertapa. Sanggramawijaya mendapat julukan Raja Sucian atau Dyah Kili Suci. Namun, Airlangga masih mempunyai dua anak lainnya. Kemudian Airlangga membagi kerajaan menjadi dua bagian. Hal ini untuk menghindari perang saudara.

Pada tahun 1041 M, Mpu Bharada membagi Kerajaan Kahuripan atas perintah Airlangga. Kerajaan Panjalu atau Kediri yang beribu kota di Daha diserahkan Samarawijaya. Kerajaan Jenggala atau Kahuripan yang beribu kota di Kahuripan diserahkan Mapanji Garasakan.

Airlangga selanjutnya mengasingkan diri menjadi pertapa dengan nama Resi Gentayu. Pada tahun 1049, Airlangga wafat dan dimakamkan di Candi Belahan.




Peninggalan berupa prasasti di antaranya sebagai berikut.

• Prasasti Penumbangan (1120)         • Prasasti Hantang (1135)

• Prasasti Talan (1136)                       • Prasasti Jepun (1144)

• Prasasti Weleri (1169)                      • Prasasti Angin (1161)

• Prasasti Padlegan (1170)                 • Prasasti Jaring (1181)

• Prasasti Semandhing (1182)            • Prasasti Ceker (1185)

Peninggalan dalam bidang kesusastraan di antaranya sebagai berikut.

• Kakawin Arjuna Wiwaha oleh Mpu Kanwa

• Kresnayana oleh Mpu Triguna

• Samanasantaka oleh Mpu Managuna

• Smaradahana oleh Mpu Darmaja

• Hariwangsa oleh Mpu Panuluh

• Gathotkaca Sraya oleh Mpu Panuluh

• Bharatayuda oleh Mpu Panuluh dan Mpu Sedah

• Wrestasancaya dan kidung Lubdhaka oleh Mpu Tanakung.

e.    Kerajaan Singasari

Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok. Pada awalnya, Ken arok adalah Akuwu Tumapel. Ken Arok membantu para brahmana Kediri melawan Raja Kertajaya. Setelah memenangkan perang, Kerajaan Kediri dan Tumapel bergabung. Muncullah kerajaan baru bernama Kerajaan Singasari.

Raja yang memerintah Singasari secara berturut-turut sebagai berikut.

1) Ken Arok (1222–1227)

Kemenangan Ken Arok atas Kertajaya membuat namanya terkenal dan harum. Raja pertama Kerajaan Singasari adalah Ken Arok. Ia bergelar Sri Rajasa Batara Sang Amurwabhumi.

Sebagai raja, masa lalu Ken Arok sangat buruk. Ia telah membunuh Mpu Gandring dan Tunggul Ametung. Bahkan, ia memperistri Ken Dedes (istri Tunggul Ametung). Pada waktu itu, Ken Dedes sedang mengandung anak Tunggul Ametung. Janin tersebut setelah lahir diberi nama Anusapati.

Perkawinan Ken Arok dengan Ken Dedes membuahkan tiga anak. Ada Mahisa Wong Ateleng, Panji Saprang, Panji Agnibaya, dan Dewi Rimbu. Perkawinan Ken Arok dengan Ken Umang mempunyai empat anak. Masing-masing bernama Panji Tohjaya, Panji Sudhatu, Panji Wrengola, dan Dewi Rambi.

Perlakuan Ken Arok kepada Anusapati berbeda dengan anak-anak yang lain. Anusapati menjadi curiga. Lalu apa yang dilakukan Anusapati? Anusapati bertanya kepada orang-orang di sekitarnya. Anusapati mengetahui bahwa Ken Arok lah yang membunuh ayahnya. Lalu Anusapati membunuh Ken Arok menggunakan keris Mpu Gandring. Dengan tewasnya Ken Arok, berakhir pula kekuasaannya di Singasari.

2) Anusapati (1227–1248)

Anusapati menjadi raja Singasari menggantikan Ken Arok. Selama berkuasa, Anusapati tidak berhasil membuat kemajuan bagi Singasari. Anusapati mempunyai kegemaran menyabung ayam. Ia tidak punya waktu untuk memikirkan nasib rakyat. Anusapati juga terbunuh dengan keris Mpu Gandring. Anusapati dibunuh Tohjaya yang dendam atas kematian ayahnya (Ken Arok)

3) Tohjaya (1248 M)

Tohjaya naik tahta kerajaan hanya bertahan satu tahun. Hal ini diakibatkan serangan dari Ranggawuni (anak Anusapati) yang dibantu Mahisa Cempaka.

4) Ranggawuni (1248–1268)

Ranggawuni naik tahta menggantikan Tohjaya. Ia bergelar Sri jaya Wisnuwardhana. Dalam memerintah, Ranggawuni didampingi MahisaCempaka (anak Mahisa Wong Ateleng). Sepeninggal Ranggawuni,kekuasaannya digantikan oleh puteranya yang bernama Kertanegara.

5) Kertanegara (1268–1292)

Kertanegara menduduki tahta kerajaan bergelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Pada masa pemerintahannya, Singasari mengalami puncakkeemasan. Kertanegara seorang raja yang arif dan bijaksana. Kertanegarabercita-cita mempersatukan Nusantara dan menjadikan Singasari sebagaikerajaan besar. Cita-cita Kertanegara tersebut bernama Cakrawala Mandala.

f. Kerajaan Majapahit

Majapahit adalah Kerajaan Hindu terakhir. Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya. Kerajaan Majapahit terletak di Kecamatan Trowulan, Mojokerto sebelah barat Surabaya. Kerajaan Majapahit mempunyai hubungan dengan Kerajaan Singasari. Raden Wijaya merupakan menantu Kertanegara. Masih ingatkah kamu dengan serangan Jayakatwang terhadap Kertanegara? Dan ingat-ingat pula kecerdikan Raden Wijaya dalam memanfaatkan datangnya bangsa Cina Sepeninggal Jayakatwang, Raden Wijaya mendirikan kerajaan baru yang bernama Majapahit. Secara berurutan Kerajaan Majapahit diperintah oleh rajaraja

berikut ini.

1) Raden Wijaya (1293–1309)

Raden Wijaya merupakan raja pertama sekaligus pendiri Majapahit. Raden Wijaya bergelar Sri Kertarajasa Jayawardana. Beliau memerintah didampingi empat putri Kertanegara sebagai permaisurinya. Di antaranya Tribhuwaneswari, Narendradahita, Prajnaparamita, dan Gayatri. Para pengikut Raden Wijaya yang berjasa diangkat menjadi pejabat tinggi pemerintahan. Pada tahun 1309, Raden Wijaya meninggal. Akhirnya, Kerajaan Majapahit diberikan kepada Jayanegara. Jayanegara ialah putra dari perkawinannya dengan Tribhuwaneswari.

2) Jayanegara (1309–1328)

Pada masa pemerintahan Jayanegara banyak terjadi pemberontakan. Semua pemberontakan pada dasarnya kelanjutan pada masa Raden Wijaya. Ada pemberontakan Ranggalawe (1309), pemberontakan Sora (1311), pemberontakan Nambi (1316), pemberontakan Rasemi (1318), dan pemberontakan Kuti (1319).

3) Tribhuwanatunggadewi (1328–1350)

Jayanegara tidak mempunyai anak. Oleh karena itu, tahta selanjutnya digantikan oleh Tribhuwanatunggadewi. Ia merupakan adik tiri Jayanegara. Tribhuwanatunggadewi adalah putri Raden Wijaya dengan Gayatri. Pada masa pemerintahannya, terjadi pemberontakan di Sadeng (1331). Gajah Mada berhasil menumpasnya. Akhirnya Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih Majapahit. Gajah Mada bersumpah untuk menyatukan Nusantara. Sumpah itu disebut Sumpah Palapa.

4) Hayam Wuruk (1350–1389)

Hayam Wuruk merupakan anak Tribhuwanatunggadewi dengan Kertawardhana. Peninggalan Kerajaan Majapahit di antaranya berupa candi dan karya satra. Peninggalam berupa candi antara lain Candi Panataran, Candi Sawentar, Candi Bora, Candi Sumberjati, Candi Jabung, Candi Bajang Ratu, Candi Tikus, dan Candi Sukuh.

Adapun peninggalan yang berupa karya sastra antara lain Negara Kertagama (sejarah Singasari dan Majapahit); Sutasoma (cerita agama Buddha); Kunjarakarna (cerita agama Buddha); serta Pararaton (sejarah Singasari dan Majapahit/legenda).

Zaman keemasan Majapahit berakhir sepeninggal Hayam Wuruk dan Gajah Mada.Hayam Wuruk wafat tahun 1389 dan Gajah Mada wafat tahun 1346. Bagaimana kelanjutan tahta Kerajaan Majapahit? Kerajaan tetap berlangsung di bawah pimpinan seorang raja.

5) Wikramawardhana (1389–1400)



Setelah Hayam Wuruk wafat, tahta Kerajaan Majapahit diduduki oleh Wikramawardhana (menantu Hayam Wuruk). Setelah 12 tahun memerintah, ia mengundurkan diri pada tahun 1400.

6) Putri Suhita

Putri Suhita anak Wikramawardhana. Pengangkatan Suhita tidak disetujui oleh Bhre Wirabhumi, yaitu anak Hayam Wuruk dari selir. Perang saudara pun terjadi antara Ratu Suhita dengan Bhre Wirabhumi. Perang ini disebut Perang Paregreg (1401–1406 M)

Faktor yang lain yaitu terjadi perang Paregreg (1401–1406), berkembangnya ajaran Islam di Pulau Jawa, datangnya armada Cina yang dipimpin Cheng–Ho.

Peninggalan Sejarah Bercorak Buddha

Pernahkah kamu mengunjungi Candi Borobudur? Sungguh indah dan menakjubkan bukan? Candi Borobudur merupakan salah satu peninggalan agama Buddha. Nah, untuk mengetahui perkembangan agama Buddha di Indonesia simak pembahasan berikut.

Agama Buddha pertama kali masuk ke Indonesia sekitar abad ke-5 M. Kedatangannya bersamaan waktunya dengan masuknya ajaran agama Hindu. Agama Buddha diterima baik di masyarakat karena tidak mengenal kasta. Semua golongan dianggap mempunyai kedudukan yang sama. Bahkan, kelompok Waisya dan Sudra banyak yang berpindah ke agama Buddha, karena dalam agama Hindu mereka dianggap kasta rendah. Jadi, inti ajaran Buddha adalah sebagai berikut.
1. Tidak percaya adanya dewa.
2. Tidak mengenal kasta.
3. Orang berjuang untuk mencapai nirwana harus melaksanakan Arya Setyani (empat kenyataan hidup) yaitu hidup itu sengsara, sengsara muncul karena nafsu, nafsu yang jahat harus dibinasakan, dan untuk membinasakan nafsu melalui hastamarga.

Kerajaan Buddha terbesar di Asia Tenggara adalah Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 di Palembang, Sumatra Selatan. Bukti-bukti yang menunjukkan adanya Kerajaan Sriwijaya ditunjukkan oleh prasasti-prasasti yang ditulis huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno berikut ini.






1. Prasasti Kedukan Bukit (683 M) di Palembang.
2. Prasasti Talang Tuo (684 M) di Palembang.
3. Prasasti Telaga Batu (tanpa tahun) di Palembang.
4. Prasasti Kota Kapur ( 686 M) di Pulau Bangka.
5. Prasasti Karang Berahi (686 M) di Jambi.
6. Prasasti Palas Pasemah (abad ke-7 M) di Lampung Selatan.

Pada awalnya Sriwijaya Berpusat di Sungai Kapur, Riau. Namun, setelah mempunyai armada laut yang kuat, Sriwijaya mulai meluaskan daerahnya sampai meliputi Tulang Bawang (Lampung), Pulau Bangka (dekat Palembang), Jambi (Sungai Batanghari), Kerajaan Kaling dan Mataram (Jawa Tengah), serta Kedah (Semenanjung Melayu/Malaysia), hingga Tanah Genting Kra (Malaysia). Sriwijaya disebut kerajaan maritim/kerajaan laut (sarjawala) karena mempunyai wilayah perairan yang luas dan angkatan laut yang kuat. Dalam perkembangannya, Sriwijaya menjadi pusat perdagangan dan pusat agama Buddha.

1 . Sebagai Pusat Perdagangan
Letak Sriwijaya yang strategis di jalur perairan dunia membuat perdagangan menjadi maju. Sriwijaya menjadi pusat perdagangan terbesar di Asia Tenggara, Cina, dan India. Mereka bertemu dan berdagang di Sriwijaya. Sementara dalam perdagangan antardaerah di Indonesia, Sriwijaya menjadi pusat dan pintu perdagangan Indonesia dengan Barat.
Kapal-kapal yang singgah ke Sriwijaya antara lain dari Jawa, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, Cina, India, Persia, Filipina, dan Campa.

2 . Sebagai Pusat Agama Buddha
Dalam bidang agama, Sriwijaya menjadi pusat pendidikan dan persebaran agama Buddha. Banyak pendeta Buddha yang datang untuk memperdalam agama Buddha, seperti I- Tsing dari Cina, serta guru agama Buddha dari India, yaitu Sakyakirti dan Dharmapala. Sebaliknya, banyak juga para pemuda Sriwijaya yang belajar dan memperdalam agama Buddha di Perguruan Tinggi Nalanda, India. Selain itu, banyak berdiri candi atau bangunan suci sebagai tempat beribadah umat Buddha, misalnya Candi Muaratakus.

Kerajaan Sriwijaya mengalami puncak kejayaan pada tahun 850 M. Masa kejayaan berlangsung selama pemerintahan Raja Balaputradewa, di mana rakyat hidup tenteram dan makmur. Namun, Kejayaan Sriwijaya mulai surut pada abad ke-11 karena faktor-faktor berikut ini.
a. Setelah Balaputradewa wafat, tidak ada lagi raja yang cakap memerintah.
b. Letak Palembang yang jauh dari laut membuat kapal-kapal tidak mau singgah dan mencari tempat lain untuk berlabuh.
c. Banyak wilayah bawahan yang melepaskan diri, misalnya Jawa Tengah dan Melayu.
d. Serangan dari kerajaan lain, seperti dari Kerajaan Colamandala, India Selatan(1017 M); ekspedisi Pamalayu dari Kerajaan Singasari (1275 M), dan serangan Majapahit (1377 M).

Nah, setelah berdirinya kerajaan Majapahit di Jawa Timur, Kerajaan Sriwijaya sekitar tahun 1377 M tenggelam dan tidak berkuasa lagi. Hal ini berarti berakhir pula riwayat kerajaan bercorak Buddha tertua di Indonesia ini. Banyaknya kerajaan yang bercorak Buddha di Indonesia mewariskan beragam peninggalan sejarah. Peninggalan sejarah tersebut terdiri bermacam bentuk, ada yang berbentuk bangunan, seni patung (arca-arca), seni pahat dan ukir (relief), serta kesusastraan (kitab-kitab). Candi bagi umat Buddha memiliki fungsi sebagai makam raja-raja. Pada bagian dalam candi biasanya terdapat arca-arca, sedangkan
pada dinding luarnya banyak pahatan yang disebut relief. Berikut ini beberapa candi di Jawa dan Sumatra yang merupakan peninggalan sejarah Buddha.
a. Candi Borobudur di Jawa Tengah, yang didirikan tahun 770 M.
b. Candi Kalasan di Jawa Tengah, meru-pakan candi Buddha tertua di Pulau Jawa yang didirikan pada tahun 778 M.
c. Candi Mendut di Jawa Tengah, yang didirikan pada masa Dinasti Syailendra.
d. Candi Sewu di Jawa Tengah.
e. Candi Plaosan di Jawa Tengah.
f. Candi Sumberawan di Jawa Timur.
g. Candi Muara Takus di Sumatra.

Adapun peninggalan sejarah berupa arca di Indonesia yang terpenting adalah
arca Syiwa, Brahma, Wisnu, Buddha, dan Dyani Boddhisatwa.













Kamis, 11 Februari 2016

Kelebihan dan Kekurangan Teori Masuknya Hindu-Buddha


Teori Brahmana


Kelebihan
§  Di Indonesia, banyak prasasti Hindu-Budha yang menggunakan bahasa sansekerta dan huruf pallawa. Bahasa tersebut pada saat itu hanya dikuasi oleh kaum Brahmana
§  Urusan keagamaan merupakan monopoli kaum Brahmana bahkan kekuasaan terbesar dipegang oleh kaum Brahmana sehingga hanya golongan Brahmana yang berhak dan mampu menyiarkan agama Hindu.
§  Karena Raja-raja yang ada di Indonesia kedudukannya ingin diakui dan kuat seperti Raja-raja di India maka mereka dengan sengaja mendatangkan kaum Brahmana dari India untuk mengadakan upacara penobatan dan mensahkan kedudukan mereka di Indonesia sebagai Raja. Dan mulailah dikenal istilah kerajaan. Karena upacara penobatan tersebut secara Hindu maka secara otomatis Raja juga dinyatakan beragama Hindu, jika Raja beragama Hindu maka rakyatnya pun akan mengikuti Raja.
§  Ketika menobatkan Raja, kaum Brahmana pasti membawa kitab Weda ke Indonesia. Sebelum kembali ke India tak jarang para Brahmana tersebut akan meninggalkan Kitab Weda sebagai hadiah bagi Raja. Kitab tersebut selanjutnya akan dipelajari oleh Raja dan digunakan untuk menyebarkan agama Hindu di Indonesia.
§  Karena Raja telah mengenal Brahmana maka secara khusus Raja juga meminta Brahmana untuk mengajar di lingkungan istananya. Dari hal inilah maka agama dan budaya India dapat berkembang di Indonesia.
Kelemahan
§  Dalam tradasi Hindu-Budha kaum Brahmana pantang menyebrang lautan. Menurut ajaran Hindu kuno, seorang Brahmana dilarang untuk menyeberangi lautan apalagi meninggalkan tanah airnya. Jika ia melakukan hal tersebut maka ia akan kehilangan hak akan kastanya. Sehingga mendatangkan para Brahmana ke Indonesia bukan merupakan hal yang wajar.
§  Mempelajari bahasa Sanskerta merupakan hal yang sangat sulit jadi tidak mungkin dilakukan oleh Raja-raja di Indonesia yang telah mendapat kitab Weda untuk mengetahui isinya bahkan menyebarkan pada yang lain, sehingga pasti memerlukan bimbingan kaum Brahmana.

Teori Ksatria
Kelebihan
§  Kaum Ksatria menunjukan rasa semangat dalam berpetualang ke seluruh dunia
Kelemahan
§  Para Ksatria tidak memahami bahasa sangsekerta dan huruf pallawa. Apabila daerah Indonesia pernah menjadi daerah taklukkan kerajaan-kerajaan India, tentunya ada bukti prasasti (jaya prasasti/jayastamba/tugu kemenangan) yangmenggambarkan penaklukkan tersebut. Selama ini, belum ada ahli antropolog yang dapat menemukan bukti-bukti yang menunjukkan adanya ekspansi dari prajurit-prajurit India ke Kepulauan Indonesia. Adapun prasasti Tanjore yang menceritakan tentang penaklukkan kerajaan Sriwijaya oleh salah satu kerajaan Cola di India, tidak dapat dipakai sebagai bukti yang memperkuat hipotesis ini. Hal ini disebabkan penaklukkan tersebut terjadi pada abad ke-11 sedangkan bukti-bukti yang diperlukan harus menunjukkan pada kurun waktu yang lebih awal.



Teori Waisya 
Kelebihan
§  Banyak Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia dan para pedagang yang berasal dari India dan menyebarkan agama Hindu-Budha ketika berdagang
Kelemahan
§  Para Pedagang tidak mengerti bahasa sangsekerta dan huruf pallawa  yang umumnya hanya dikuasai oleh kasta Brahmana.


Teori Arus Balik
Kelebihan
§  Ada kemungkinaan para bangsawan di Indonesia pergi ke India untuk belajar agama Hindu-Budha dan Budaya, tujuanya agar dengan ilmu yang mereka dapat dari india, para bangsawan bisa membuat kekuasaan di Indonesia dengan mencotoh kebudayan Hindu-Budha. bisa di ajarkan langsung oleh pribumi yang telah belajar dari india
Kelemahan
Kemungkinaan orang Indonesia untuk belejar agama Hindu-Budha ke india sulit, karena hanya kaum yang kaya yang dapat ke india untuk belajar dan pada masa itu orang indonesia masih bersifat pasif.

Rabu, 10 Februari 2016

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEORI HINDU DAN BUDDHA 

Masuknya kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia melalui proses yang panjang. Berbagai pendapat para ahli meskipun masih berupa dugaan sementara, cukup berguna untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana proses masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.
Teori tentang masuknya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada dasarnya dapat dibagi dalam dua pandangan. Pendapat pertama menekankan pada peran aktif dari orang-orang India dalam menyebarkan Hindu-Budha (teori Waisya, teori Ksatria, dan teori Brahmana. Pendapat kedua mengemukakan peran aktif orang-orang Indonesia dalam menyebarkan agama Hindu-Budha di Indonesia (teori Arus Balik).




 Berikut ini Kelebihan dan Kekurangan Teori" agama Hindu-budha yang masuk di indonesia

1. Teori Brahmana
  • Kelebihan   : Di Indonesia, banyak prasasti Hindu-Budha yang menggunakan bahasa sansekerta dan huruf pallawa. Bahasa tersebut pada saat itu hanya dikuasi oleh kaum Brahmana
  • Kelemahan : Dalam tradasi Hindu-Budha kaum Brahmana pantang menyebrang lautan
2. Teori Ksatria
  • Kelebihan   : Kaum Ksatria menunjukan rasa semangat dalam berpetualang ke seluruh dunia
  • Kelemahan : Para Ksatria tidak memahami bahasa sangsekerta dan huruf pallawa
3. Teori Waisya 
  • Kelebihan   : Banyak Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia dan para pedagang yang berasal dari India dan menyebarkan agama Hindu-Budha ketika berdagang
  • Kelemahan : Para Pedagang tidak mengerti bahasa sangsekerta dan huruf pallawa
4  Teori Arus Balik
  • Kelebihan  :  Ada kemungkinaan para bangsawan di Indonesia pergi ke India untuk belajar agama Hindu-Budha dan Budaya, tujuanya agar dengan ilmu yang mereka dapat dari india, para bangsawan bisa membuat kekuasaan di Indonesi dengan mencotoh kebudayan Hindu-Budha
  • Kelemahan : Kemungkinaan orang Indonesia untuk belejar agama Hindu-Budha ke india sulit, karena pada masa itu oran indonesia masih bersifat pasif.

Kamis, 04 Februari 2016

Teori masuknya hindu dan budha

TEORI MASUKNYA AGAMA HINDU-BUDHA


Masuknya agama dan kebudayaan Hindu Budha di Indonesia pada masa lampau telah banyak mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat nusantara. Kendati demikian, kisah tentang bagaimana proses masuknya agama dan kebudayaan ini di masa lampau masih menjadi misteri.



 Dugaan-dugaan yang diutarakan para ahli tentang teori masuknya Hindu Budha ke Indonesia berdasarkan bukti-bukti yang ditemukannya masing-masing juga ada banyak sekali.

Teori Masuknya Hindu Budha Ke Indonesia Teori masuknya Hindu Budha ke Indonesia yang dikemukakan para ahli sejarah umumnya terbagi menjadi 2 pendapat.

·       Pendapat pertama menyebutkan bahwa dalam proses masuknya kedua agama ini, bangsa Indonesia hanya berperan pasif. Bangsa Indonesia dianggap hanya sekedar menerima budaya dan agama dari India. Ada 3 teori yang menyokong pendapat ini yaitu teori Brahmana, teori Waisya, dan teori Ksatria.

·  Pendapat kedua menyebutkan bahwa banga Indonesia juga bersifat aktif dalam proses penerimaan agama dan kebudayaan Hindu Budha. Dua teori yang menyokong pendapat ini adalah teori arus balik dan teori Sudra

    1.    Teori Brahmana oleh Jc.Van Leur Teori Brahmana adalah teori yang menyatakan bahwa masuknya Hindu Budha ke Indonesia dibawa oleh para Brahmana atau golongan pemuka agama di India.




Teori ini dilandaskan pada prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Hindu Budha di Indonesia pada masa lampau yang hampir semuanya menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanksekerta.

Di India, aksara dan bahasa ini hanya dikuasai oleh golongan Brahmana. Selain itu, teori masuknya Hindu Budha ke Indonesia karena peran serta golongan Brahmana juga didukung oleh kebiasaan ajaran Hindu. Seperti diketahui bahwa ajaran Hindu yang utuh dan benar hanya boleh dipahami oleh para Brahmana.

 Pada masa itu, hanya orang-orang golongan Brahmana-lah yang dianggap berhak menyebarkan ajaran Hindu. Para Brahmana diundang ke Nusantara oleh para kepala suku untuk menyebarkan ajarannya pada masyarakatnya yang masih memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme.

·       2. Teori Waisya oleh NJ. Krom Teori Waisya menyatakan bahwa terjadinya penyebaran agama Hindu Budha di Indonesia adalah berkat peran serta golongan Waisya (pedagang) yang merupakan golongan terbesar masyarakat India yang berinteraksi dengan masyarakat nusantara.
                                           
Dalam teori ini, para pedagang India dianggap telah memperkenalkan kebudayaan Hindu dan Budha pada masyarakat lokal ketika mereka melakukan aktivitas perdagangan.

Karena pada saat itu pelayaran sangat bergantung pada musim angin, maka dalam beberapa waktu mereka akan menetap di kepulauan Nusantara hingga angin laut yang akan membawa mereka kembali ke India berhembus. Selama menetap, para pedagang India ini juga melakukan dakwahnya pada masyarakat lokal Indonesia.

·       3. Teori Ksatria oleh C.C. Berg, Mookerji, dan J.L. Moens Dalam teori Ksatria, penyebaran agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada masa lalu dilakukan oleh golongan ksatria.
                                    

Menurut teori masuknya Hindu Budha ke Indonesia satu ini, sejarah penyebaran Hindu Budha di kepulauan nusantara tidak bisa dilepaskan dari sejarah kebudayaan India pada periode yang sama. Seperti diketahui bahwa di awal abad ke 2 Masehi, kerajaan-kerajaan di India mengalami keruntuhan karena perebutan kekuasaan. Penguasa-penguasa dari golongan ksatria di kerajaan-kerajaan yang kalah perang pada masa itu dianggap melarikan diri ke Nusantara.

Di Indonesia mereka kemudian mendirikan koloni dan kerajaan-kerajaan barunya yang bercorak Hindu dan Budha. Dalam perkembangannya, mereka pun kemudian menyebarkan ajaran dan kebudayaan kedua agama tersebut pada masyarakat lokal di nusantara.

·       4. Teori Arus Balik (Nasional) oleh F.D.K Bosch Teori arus balik menjelaskan bahwa penyebaran Hindu Budha di Indonesia terjadi karena peran aktif masyarakat Indonesia di masa silam.
                                  
Menurut Bosch, pengenalan Hindu Budha pertama kali memang dibawa oleh orang-orang India. Mereka menyebarkan ajaran ini pada segelintir orang, hingga pada akhirnya orang-orang tersebut tertarik untuk mempelajari kedua agama ini secara langsung dari negeri asalnya, India.

Mereka berangkat dan menimba ilmu di sana dan sekembalinya ke Indonesia, mereka kemudian mengajarkan apa yang diperolehnya pada masyarakat Nusantara lainnya.

·       5. Teori Sudra oleh van Faber Teori Sudra menjelaskan bahwa penyebaran agama dan kebudayaan Hindu Budha di Indonesia diawali oleh para kaum sudra atau budak yang bermigrasi ke wilayah Nusantara.
                                       
Mereka menetap dan menyebarkan ajaran agama mereka pada masyarakat pribumi hingga terjadilah perkembangan yang signifikan terhadap arah kepercayaan mereka yang awalnya animisme dan dinamisme menjadi percaya pada ajaran Hindu dan Budha.

Nah, demikianlah beberapa teori masuknya Hindu Budha ke Indonesia beserta bukti-bukti sejarahnya. Dari kelima teori tersebut, teori Brahmana yang dikemukakan oleh Jc.Van Leur dianggap sebagai teori terkuat karena ditunjang oleh bukti-bukti yang nyata. Demikian semoga bermanfaat.

Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/5-teori-masuknya-hindu-budha-ke-indonesia.html